Photobucket

Rabu, 13 Oktober 2010

isengk,,,

Terdengar ketukan di pintu kamar tersebut perlahan.

“Coba kamu lihat, siapa itu?” sang Ayah meminta tolong pada si Wanita, anaknya.

Wanita tersebut beranjak dari tempat duduknya dan menuju ke pintu. Seorang pria paruh baya mengucapkan selamat siang seraya meminta ijin untuk masuk.


“Saya datang untuk menghibur dan berdoa untuk pasien,” jelasnya.

Wanita tersebut lalu mempersilahkan Bapak tersebut memasuki ruangan kamar rumah sakit. Ia lalu memperkenalkan pria tersebut pada si pasien. Mereka pun berbincang sejenak.

“Ini adalah…,” pria tersebut memandang wanita tersebut dan ayahnya dengan pandangan bertanya.

“Hmmph, pasti gue disangka bini mudanya Bokap nih,” gerutu wanita tersebut dalam hati.

Sebelum kesalahpahaman berlanjut, ia langsung menerangkan,”Beliau adalah ayah saya… Sudah beberapa minggu ini ia dirawat di rumah sakit ini…”

Pria itu manggut – manggut sambil memperhatikan wanita tersebut lebih seksama. Oh – oh, wanita tersebut seperti merasa mendapat petunjuk akan ada kejadian tidak enak…

“Anda sudah berkeluarga…?” tanya Bapak tersebut.

NAH! Ini dia nih pertanyaan yang udah ditunggu – tunggu kapan keluarnya.

“Oh, belum Pak…,”jawab si Wanita tersebut dengan terlatih.
“Astaga, berapa umurmu?” Ia menggeleng – gelengkan kepala ketika diberitahu.

“Mengapa sampai sekarang masih belum menikah juga?” ia melanjutkan bertanya.

Si wanita masih tersenyum. Pertanyaan seperti ini sudah ribuan kali ia dengar. Dan jawaban paling telak adalah dengan tersenyum.
Tapi perkataan Bapak itu kemudian diluar dugaannya:

“Nak, sebagai wanita Kristen kamu berkewajiban untuk membangun keluarga…,” di wajahnya terlihat bahwa ia tidak menyukai status wanita tersebut.

Hening.

Diantara keterkejutanya wanita itu berpikir keras, di bab berapa ya hal tersebut dikatakan di Alkitab? Lagipula kenapa jadi merembet ke gue ya…? Bukannya katanya tadi ia hendak mendoakan Ayah gue?

Kenapa dia berbicara seperti itu di depan Ayah saya pula?
Ketika tidak ada reaksi dari Ayah dan anak, Bapak itu mendehem sejenak sebelum mengajak doa bersama untuk kesembuhan sang Ayah.

Setelah itu ia berpamitan pulang yang langsung disyukuri oleh Ayah dan anak tersebut… Sang Ayah diam – diam kasihan pada putrinya yang harus tabah setabahnya menghadapi komentar – komentar tidak penting mengenai statusnya.

Sementara si Wanita berharap sang Ayah tidak terlalu memikirkan omongan dari orang yang bahkan tidak akan mereka temui lagi sepanjang hidup ini.

Sembari menutup pintu Wanita itu bertanya – tanya dalam hati dengan geli; kenapa statusnya yang masih lajang itu membuat gerah orang – orang yang tidak mengenalnya…

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More